Jumat, 03 April 2015

Perkembangan Budaya Bekasi

Budaya Bekasi diibaratkan hidup segan mati tak mau. Yang harus dilakukan saat ini adalah menumbuhkan keyakinan untuk mampu bangkit. Harus punya keberanian. Dengan kata lain, tantangannya adalah harus memulai membangun jaringan komunikasi, baik dengan industri dan masyarakat. Untuk menjaga keutuhan budaya Bekasi, jika menggunakan melalui hak paten, dirasakan biayanya terlalu tinggi. Kalau bisa dengan peraturan daerah saja sudah cukup kuat untuk melindungi. Karena pemerintah daerah lain tidak bisa mengklaim lagi.
Kebudayaan Bekasi berkembang berdasar sikap masyakatnya yang terbuka, sehinga banyak pengaruh daerah lain masuk. Namun pengaruh Cirebonan cukup dominan. Persolaan lain yang perlu diantisipasi adalah adanya “ancaman” daerah lain ( Jakarta ) yang boleh jadi akan megklaim beberapa kesenian tradisi Bekasi sebagai bagian dari tradisinya. Ini sudah terjadi pada kesenian Topeng yang aslinya dari Tambun, tapi kini orang mengenalnya sebagai Topeng Betawi. Langkah selanjutnya, bisa lebih dipertajam. Misalnya menggunakan hak paten untuk melindungi cagar budaya Bekasi. Langkah ini diharapkan dapat mengikis kata-kata kuota dari Provinsi Jawa Barat bahwa Kota dan Kabupaten Bekasi hanya mendapat satu kuota cagar budaya. Pemberian kuota ini sangat mengecewakan karena, membuka pintu bagi daerah lain, seperti DKI Jakarta untuk mengklaim cagar budaya Bekasi. Dewan Kesenian bercita-cita bahwa kebudayaan harus menjadi oasenya, bukan jadi obyeknya.

Bekasi adalah wilayah yang berbatasan langsung dengan daerah Jakarta sang primadona Indonesia, yang dalam istilah adalah daerah urban. Banyak sekali masyarakat Bekasi yang bekerja di Jakarta dan juga sebaliknya. Jakarta, sebagai ibukota dengan berbagai gaya hidup dan gelembung budaya yang selalu berkembang, tentu saja menyentuh sisi-sisi Bekasi sebagai daerah urban. Makanya, Bekasi merupakan salah satu kota yang paling cepat mengalami perubahan dalam hal sosial, seperti lifestyle dan ilmu pengetahuan.
Kota Bekasi memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km2, dengan batas wilayah Kota Bekasi adalah:
• Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi
• Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok
• Sebelah Barat : Provinsi DKI Jakarta
• Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi
Letak geografis : 106o48’28’’-107o27’29’’ Bujur Timur dan 6o10’6’’- 6o30’6’’ Lintang Selatan.
Salah satu prestasi yang telah dicapai Kota Bekasi di tahun 2009 adalah Piagam Adipura. Prestasi tersebut, merupakan catatan terbaik duet kepemimpinan Walikota Bekasi H. Mochtar Mohamad dan Wakil Walikota Bekasi H. Rahmat Effendi, karena berhasil membalikkan predikat sebagai Kota Metropolitan Terkotor yang disandang sejak tahun-tahun sebelumnya. Keberhasilan meraih Piagam Adipura merupakan titik awal dalam persaingan meraih Piala Adipura pada tahun 2010 mendatang. Keberhasilan yang sekaligus menjauhkan dari rasa keberpuasan diri, membuat duet pemimpin Kota Bekasi ini terus memacu kinerjanya, salah satunya dalam menggapai Piala Adipura yang diidam-idamkan, tidak hanya oleh keduanya, tapi sekaligus oleh jajaran Pemkot Bekasi dan masyarakat Kota Bekasi.
Kota Bekasi yang disebut sebagai daerah penyeimbang ibukota Jakarta, saat ini telah banyak melakukan pembenahan. Pertumbuhan masyarakat yang berkembang pesat menjadi ukuran yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam tingkat kota/kabupaten, dimana perkembangan Kota Bekasi saat ini telah mengikuti irama perkembangan DKI Jakarta.
 
Kebudayaan asli Bekasi yang mulai ditinggalkan banyak orangnya dan perkembangan Kota Bekasi yang semakin pesat pun membuat gaya kehidupan masyarakat yang tinggal di Kota Bekasi pun banyak yang mengalami perubahan pula ditambah lagi banyaknya perumahan-perumahan di Kota Bekasi yang dibangun dipinggir jalan maupun di lahan luas yang kosong. Ibarat lihat tanah ada yang nganggur, langsung dibabat habis jadi perumahan.
Banyaknya masyarakat yang memilih untuk tinggal di Bekasi pun juga membuat jumlah penduduk di Kota Bekasi meningkat drastis dan tidak diiringi dengan perkembangan luas jalan yang ada yang mengakibatkan terjadi kemacetan di ruas jalan-jalan besar atau jalan penting penghubung ke lokasi kerja. Hal itu membuat aktivitas orang-orang di Kota Bekasi menjadi terhambat. Apalagi, kalau terjadi hujan deras dan banjir, maka jalan-jalan yang ada pun akan rusak dan penanganannya pun lambat yang membuat setiap kendaraan yang lewat harus menurunkan kecepatannya dan berhati-hati saat melewati jalan itu.
 


 (Sumber: http://amarfasyni.blogspot.com/2013/01/ilmu-budaya-dasar-makalah-kebudayaan.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar